Sabtu, 26 Mei 2012

Pentingnya Preschool Bagi Anak yang Orangtuanya Bekerja


Wajibkah orangtua memasukkan anaknya ke preschool? Menurut praktisi pendidikan Najelaa Shihab, anak masuk preschool bukanlah suatu keharusan. Namun jadi lebih penting bagi anak yang kedua orangtuanya bekerja.
Di samping itu, pertanyaan penting atau tidak menurutnya kurang relevan karena stimulasi di usia pra sekolah tetap harus diberikan.
"Yang penting anak di usia pra sekolah itu mendapat stimulasi yang tepat. Preschool hanya salah satu alat bantu yang membantu orang tua untuk memberikan stimulasi yang tepat. Tapi kalau ditanya anak harus masuk preschool atau tidak, jawabannya tidak tentu," jelas wanita yang akrab disapa Elaa ini, saat berbincang dengan wolipop di Four Seasons Hotel, Jakarta, Kamis (10/5/2012).

Stimulasi atau rangsangan apa yang cocok untuk anak usia preschool? Menurut Elaa, bentuk stimulasi bisa bermacam-macam. Mulai dari stimulasi kognitif yaitu dorongan untuk mengenali dan mengetahui sesuatu melalui pengalaman sendiri, stimulasi sosial --bagaimana dia berinteraksi dengan orang lain-- sampai stimulasi emosional --kemampuan dia mengekspresikan perasaan.

"Kadang-kadang yang susah kalau anak tidak dimasukkan preschool adalah, bentuk stimulasinya lebih terbatas daripada anak-anak yang ikut preschool. Tapi sekali lagi tidak bisa digeneralisr karena situasi tiap anak 'kan beda-beda," tambah pendiri sekaligus presiden direktur Sekolah Cikal ini.


Sebagai contoh, di preschool umumnya konteks interaksi sosial yang diberikan bermacam-macam. Si anak bisa mendapat kesempatan bermain dengan satu teman, bermain dalam kelompok atau bermain bersama guru. Dia juga berkesempatan mengatasi masalah-masalah sosial atau masalah emosional yang terkadang tidak didapat di rumah.

Hal itu disebabkan, interaksi di rumah biasanya hanya sebatas satu anak dengan satu orang dewasa (ayah, ibu atau pengasuh). Kalaupun ada interaksi dengan teman sebaya, hanya untuk periode tertentu. Misalnya beberapa jam setelah makan siang, atau sore hari sebelum mandi. Interaksi itu umumnya hanya berlangsung dua hingga tiga jam dan tidak rutin setiap hari.

"Sementara di preschool mereka merasakan berada dalam suatu kelompok sosial dalam jangka waktu lama. Mulai dari pertama (masuk sekolah) berkenalan, satu kelas, semua ada dinamikanya," ujar Elaa.

Saat di preschool, interaksi sosialnya cukup intens, ada peraturan yang disepakati bersama dan masing-masing memiliki peran dalam suatu kelompok. Hal-hal itulah yang terkadang tidak didapat anak jika tidak mengikuti preschool, dia kurang memiliki kesempatan untuk mendapat interaksi sosial yang lebih beragam.

"Tapi kalau di rumah dia sudah mendapatkan keragaman stimulasi dan interaksi, bisa saja tidak perlu gabung preschool. Misalnya ibunya berinisiatif membuat kelompok bermain bersama ibu-ibu lainnya, setting Posyandu di rumah, menerapkan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), dan sebagainya," terang ibu tiga anak ini.

Namun pembentukan kelompok bermain itu sebaiknya bersifat reguler, misalnya di akhir pekan atau bahkan setiap hari jika waktu dan kesempatannya memungkinkan. Idealnya, anak harus mendapat interaksi sosial yang baik di rumah dan preschool sebagai pelengkapnya.



Sumber : Wolipop.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar